Oleh karena suatu sebab, saya harus menelusuri hari demi hari yang telah berlalu melalui semua Catatan yang pernah tertoreh maupun semua percakapan yang pernah tersimpan. Semua.. Baik Catatan kertas, Catatan media digital maupun media sosial. Saya pun mendapatkan apa yang saya cari. Misi sukses. Selesai.
Tapi..
Tapi ternyata menelusuri media social (Facebook) memberi lebih dari yang saya cari.
Ternyata, saya mulai menggunakan Facebook akhir 2008. Dan tulisan yang pertama saya publish adalah satu kata yang tidak bermakna, atau malah terlalu banyak makna. Entahlah. Tapi saya menggunakan Facebook kala itu layaknya sebuah mainan. Seperti anak kecil yang mendapatkan mobil-mobilan.
Saya tulis apa yang saya rasakan, entah ngantuk, haus, lapar, kepanasan bahkan kebelet! Atau melaporkan apa yang sedang atau sudah saya lakukan kepada orang yang belum tentu ingin tahu apa yang saya lakukan. Seakan saya adalah artis terkenal.
Tapi toh, selalu ada yang memberikan komentar. Entah komentar serius, tapi lebih sering candaan. Dan itu membuat saya teringat, menggunakan Facebook ternyata membuat bahagia. Kala itu.
Kala itu menggunakan Facebook membuat saya bisa “ngobrol” dengan teman kapanpun. Seolah semua “ngariung” di satu tempat saling melempar canda. Bahkan lebih dari itu, Facebook membuat saya bisa menemukan teman-teman lama yang bahkan aku lupa namanya. Facebook adalah “mainan” yang menyenangkan.
Diantara senyum dan tawa lirih saat saya kembali menelusuri hari demi hari postingan di Facebook, saya pun tersadar. Betapa Facebook telah jauh berubah. Facebook bukan lagi sebuah “mainan”. Facebook telah menjadi alat perang.
Kini..
Facebook berisi tulisan yang sangat panjang, berat dan melelahkan. Dan ketika tidak mampu menulis, Facebook berisi share artikel atau tulisan yang jauh lebih panjang, lebih berat dan lebih melelahkan.
Facebook juga menjadi media Iklan layaknya Jalan raya yang dipenuhi dengan baliho di setiap sudut mata memandang. Iklan ada di setiap tulisan-tulisan maupun foto-foto. Iklan juga ada di timeline yang entah siapa yang menulisnya, namun tiba-tiba muncul di layar.
Bahkan Facebook kini menjadi alat propaganda, alat pengarah dukungan, dan terakhir menjadi mesin pembaca pikiran bagi para pencari kekuasaan.
Facebook bukan lagi “mainan”. Facebook kini adalah sebuah mesin raksasa yang bahkan mampu untuk menghancurkan dunia. Seperti terminator.
Tapi dari mana itu semua bermula?
Manusia, memang diciptakan untuk harus terhubung dengan manusia lain. Sebutan kerennya adalah mahluk social. Manusia membutuhkan menusia lain dalam berbagai bentuk ikatan. Yang paling jauh adalah, ikatan sebagai sama-sama manusia yang berada di atas tanah yang sama, kemudian ada ikatan pertemanan dan ikatan keluarga. Dan tentu saja ikatan asmara.
Sangat mudah membuktikan ikatan ini. Coba anda pergi ke sebuah pulau terpencil, sendirian! Dan bandingkan ketika anda berada di sebuah taman kota. Anda tak harus mengenal orang yang ada di sekitar anda. Tapi keberadaan mereka, sadar atau tidak sadar, membuat anda nyaman.
Manusia sebagai mahluk social lah yang membuat manusia “menerima” keberadaan Facebook. Bagaimana tidak? Kita bisa terhubung dengan semua orang yang kita kenal, saling berbagi cerita, berbagi canda dan berbagi rasa. Facebook menggantikan waktu yang tidak dimiliki untuk saling bertemu.
Tapi..
Tapi ternyata kenyamanan Facebook membuat manusia “ketagihan”. Saling berbagi dengan orang lain tanpa harus beranjak dari “tempat tidur” membuat manusia merasa “cukup” untuk berinteraksi tanpa bertatap muka. Facebook telah menggantikan konsep interaksi social. Bahkan kemudian manusia menyadari “kelebihan” Facebook lainnya.
Kita bisa menyembunyikan banyak hal, dan hanya menampilkan hal-hal yang terbaik! Bahkan kita bisa menjadi orang lain yang berbeda.
Hanya foto terbaik, kisah-kisah terbaik, kejadian-kejadian terbaik yang menghiasi halaman Facebook. Dan karena Facebook telah menggantikan konsep interaksi social, siapapun, tanpa sadar percaya akan itu.
Tapi ada yang lebih dahsyat..
Ketika disadari semakin banyak manusia yang “menyerahkan diri” dalam ekosistem Facebook, sebagian kecil manusia yang memiliki otak-otak kreatif pun mendapatkan ide. Facebook adalah media Iklan paling efektif dan efisien!
Iklan adalah upaya seseorang untuk “memberitahu” semua orang tentang sebuah penawaran. Dan semakin banyak orang yang bisa terpapar “pemberitahuan” tersebut, maka lokasi tersebut akan semakin dicari. Itulah kenapa reklame dan billboard selalu berada di keramaian.
Dan apa yang bisa “beritahukan” dalam sebuah Iklan?
Produk tentu saja. Bisa barang, bisa juga jasa. Tapi lebih dari itu, bisa juga propaganda!
Propaganda adalah upaya seseorang untuk “memberitahukan” khalayak ramai tentang sebuah fakta. Tidak ada penawaran barang dan jasa di sana. Tapi hanya untuk “memberitahukan” fakta.
Ketika pemerintah menampilkan kesuksesan program-programnya pada sebuah media Iklan, itulah propaganda. Bahkan, propaganda pun digunakan pada sector swasta. Misalkan sebuah billboard yang berisi “fakta” bahwa Perusahaan Air Minum telah membantu rakyat daerah tertentu yang kesulitan air bersih.
Ketika Perusahaan Air Minum menampilkan fakta bantuan mereka kepada rakyat yang kesulitan air bersih, apa yang diharapkan dari pemberitahuan ini dari khalayak? Pengakuan dan simpati tentu saja.
Orang yang membaca, akan mengakui Perusahaan Air Minum tersebut sebagai Perusahaan yang baik dan orang akan bersimpati padanya. Dan pada gilirannya, mereka akan lebih memilih merk Air Minum Perusahaan tersebut.
Dan Facebook berubah menjadi alat penggiring dukungan! Dan Obama, adalah salah satu orang yang merasakan besarnya manfaat Facebook.
Apakah itu selesai? Tidak!
Karakter Facebook sebagai media Iklan, jauh lebih baik dibanding billboard. Karena Iklan pada Facebook bisa menyusup, bergerak, meliuk mengikuti irama karakter manusia. Iklan pada Facebook bisa terselubung hingga pengguna Facebook tidak menyadari bahwa itu adalah Iklan. Terkadang Iklan tersebut berwujud cerita yang tersebar dari teman ke teman. Karena tersebar dari teman ke teman, seolah ada validasi kebenaran di sana.
Kelebihan Facebook inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh semua pihak. Tidak hanya para penjual produk, tapi para pencari dukungan. Tanpa Facebook berita dari mulut ke mulut bisa melesat cepat, tapi dengan Facebook bisa ribuan kali lebih cepat!
Ketika propaganda tidak cukup untuk menarik dukungan, maka cara lain adalah membuat lawan hilang dukungan. Dan Facebook pun memasuki era gelap.
Setiap pihak kini memiliki pasukan tidak kasat mata. Menyebarkan berita yang tidak berisi kebenaran. Sebagian kemudian dihancurkan, tapi sebagian dibiarkan. Sebagian dipenjara, sebagian dipelihara.
Apakah hanya sampai di sini? Tidak.. Lebih dari itu..
Bahkan Facebook nyata-nyata menjadi alat kemenangan Trump. Bukan memanfaatkan karakter Facebook, tapi jauh lebih dalam lagi, memanfaatkan data-data yang dimiliki Facebook. Sebuah pembobolan privacy yang sayangnya dengan cara “legal”, dengan memanfaat celah pada Facebook, telah memberikan akses data pengguna kepada pihak tertentu.
Yang pasti..
Facebook kini bukan mainan lucu yang membahagiakan. Facebook kini seperti kokain yang membuat pemakainya ketagihan dan mudah dimanfaatkan.
Bijaksanalah menggunakan Facebook.