Jurnal Ramadan Hari 1 : Satu Malam Menjadi Minoritas

Alhamdulillah, hari pertama Ramadan telah saya lewati dengan Shaum hingga waktu berbuka.

Ya, saya memulai Shaum Ramadan 1433 H bertepatan dengan tanggal 20 Juli 2012 Masehi. Dan saya pikir, saya tak perlu mengungkapkan alasannya dengan panjang lebar. Cukup dengan satu kalimat: “Setelah membaca dan mempelajari cara penentuan awal Ramadan, maka hati saya cenderung untuk memilih 20 Juli 2012 sebagai awal Ramadan 1433 H”.

Rupanya, pilihan awal bulan Ramadan ini menyebabkan saya merasakan, bagaimana rasanya menjadi minoritas meski hanya semalam.

Jika biasanya sahur dibangunkan oleh TOA Masjid, maka semalam sangat sunyi. Tidak ada suara-suara yang membangunkan. Untunglah saya termasuk mahluk yang peka pada suara alarm HP. Dan selamat, saya bisa makan sahur seperti yang disunahkan Nabi.

Hanya itu? Tidak.

Selanjutnya, tidak ada satu pun warung terdekat yang buka! Untunglah, saya sudah antisipasi. Hasilnya, awal Ramadan yang mahluk pada umumnya makan sahur dengan menu spesial, saya pun harus rela dengan menu Mie Instan + Roti tawar oles Madu + Susu kaleng. Well, minimalis tapi patut disyukuri.

Dan berikutnya, ketika siang hari, setelah Sholat Magrib pada umumnya mahluk berburu makan siang, saya pun menahan lapar hampir sendirian (saya tidak tahu, siapa lagi yang shaum selain saya).

Hmm.. Dalam sehari, saya benar-benar merasakan menjadi minoritas.

Yang kemudian terbayang di kepala saya adalah, mungkin ini yang dirasakan oleh sobat-sobatku yang saat ini merantau di negeri orang seperti Australia, Eropa atau mungkin Jepang. Dan karena itulah, saya patut  bersyukur. Kenapa? Karena, yang saya rasakan, hanyalah satu hari saja. Sedangkan mereka, hampir satu bulan Ramadhan penuh.

Namun, ada yang patut saya sayangkan hasil awal Ramadan saya. Sepertinya, masih terasa kurang amalan untuk hari pertama.

Karena itu, mulai hari kedua ini, saya bertekad –atau yang biasanya orang-orang sebut dengan resolusi, untuk selalu Sholat Fardhu berjamaah di Masjid tepat waktu, sambil terus memperbaiki sholatnya. Dan, saya ingin menulis sambil merekamnya ke dalam otakku yang malas ini, ayat-ayat Al-Qur’an mulai dari Surat Al-Fatihah. Bismillah.

Ah, ada satu lagi hal yang menarik.

Tadi pagi, saya mengantarkan paket berisi buku Kitab VBA Excel untuk pembeli. Saya kirim melalui Agen Kurir terdekat. Dan entah bagaimana mulainya, tiba-tiba saya dan penjaga Agen Kurir terlibat dalam perbincangan.

Ternyata, penjaga Agen Kurir itu, belum bisa sama sekali menggunakan aplikasi MS Excel!

Tentu saja saya tak mempercayainya. Bagaimana mungkin? Ini Jakarta yang anak SD kelas 1-nya saja sudah ber-internetan (saya tidak melebihkan tentang ini).

Namun, ketika mendengarkan bagaimana penjaga itu menjelaskan dengan nada polos,–meski tidak sampai harus bersumpah seperti sumpah pocong apalagi sumpah serapah, saya pun percaya.

Dan entah dorongan dari mana, saya pun bertekad untuk membuat sebuah Tutorial sederhana dan sangat mudah untuknya. Semoga terlaksana. Amiin.

Wah..! Banyak banget tekadnya..

Sudah ah. Sebelum makin banyak lagi tekad-tekad bermunculan, saya tutup jurnal Ramadhan Hari 1 sampai di sini.